Anugerah Um_bul

Sepahit apapun hidupmu
hadapi dengan sabar, ikhlas, semangat dan senyum
itu petikan salah satu  surat nya

Kata demi kata dalam surat-suratnya, kalau dikumpulkan, barangkali akan menjadi syair lagu.
Atau dengan kata lain, syair salah satu lagu yang saya senangi berikut kayaknya kumpulan dari kata-kata dalam suratnya, hanya saja tidak berurutan :

..........Ijinkan aku pergi
..........Apalagi yang engkau tangisi
..........Semoga lah penggantiku
..........Dapat lebih mengerti hatimu

..........Memang berat kurasa
..........Meninggalkan kasih yang kucinta
..........Namun bagaimana lagi
..........Semuanya harus kujalani

..........Selamat tinggal Ku doa kan
..........Kau slalu bahagia
..........Hanya pesanku
..........Jangan Lupa kirimkan kabarmu

Itu petikan lagu, ciptaan Gesang dan dinyanyikan oleh Broery Pesolima

"Ambil hikmahnya", kata ibu pada suatu hari, ketika aku kedapatan murung
Ya, hikmah itu sekarang yang sedang aku mau dapatkan.
Saya harus mampu bangkit kembali untuk meraih cita-cita minimal lulus SMP ini dengan terbaik, seperti harapan dia dalam suratnya.
Saya harus segera bangkit dengan semangat yang kuat, saya akan tunjukkan, saya akan menjadi yang terbaik, sebagai tanggung jawab dan rasa cinta saya, meskipun dia nun jauh disana

Benar, berkat dukungan kedua orang tua, teman dekat dan saya yakin berkat doa dia juga, dari sana, saya akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikan SMP dengan nilai yang nyaris sempurna. Alhamdulillah

"Pak lek Ahmad, mengajakmu" kata bapak setelah pulang dari pertemuan di sekolah
Tidak ada pilihan lain, meskipun jauh dari orang tua dan saya tidak pernah ke kota itu, saya ikuti saran bapak
untuk ikut Pak lek menjalani pendidikan di sebuah kota yang baru buat saya, jauhnya sekitar 50 km .......Probolinggo.
Pak lek Ahmad adalah adik bapak, istrinya  Bu lek Tatik, putrinya dik Vivin telah meninggal dunia di Malang ketika berumur 4 tahun. Jadi beliau tidak punya anak.
Pak lek adalah guru biologi di SMAN itu dan Bu lek akan segera pindah kesana setelah saya masuk sekolah.

Ikut tes pada hari pertama, seperti calon murid yang lain. Tanpa kesulitan yang berarti saya diterima dan harus ikut ploncoan MAPRAS, yang dilakukan selama satu minggu.
Untuk sementara saya  indekost di rumah Mbah Mangun, ibunya Pak lek Kasnamun,  kerabat dari ibu, karena bulek belum pindah.
Rumah mbah Mangun terletak di Desa Jati, kurang lebih ke sekolah jaraknya 10 Km, saya tempuh naik sepeda onthel.
Bentakan demi bentakan dari para senior waktu Mapras, tidak menyurutkan semangat kami.
Tiap hari acaranya yang paling seru adalah minta tanda tangan. Pasti dikasih sih, tapi sebelumnya disuruh  menari, atau nyanyi atau merayu dulu...
Terkadang sebel tapi asyik juga untuk mengenal para senior dan menjalin kekompakan sesama siswa

SMA Negeri probolinggo didirikan pada tahun 1960, berarti saya adalah angkatan yang ke 14, waktu itu saya masuk tahun 1974. 
SMA Negeri Probolinggo terletak di desa Um_bul, makanya menjadi terkenal dengan SMA Um_bul.

Kota Probolinggo hawanya panas, kalau musim angin gending, tiupannya serasa kenceng banget, sampai-sampai waktu naik sepeda kadang2 harus turun, nggak kuat mengayuh saking kencengnya angin gending itu.
Luasnya, lebih luas dari kota Pasuruan dan jalannya lebar-lebar, dikiri kanan jalan pohonnya tinggi dan rindang. Masyarakatnya mayoritas beragama islam, bahasa yang dipakai sehari-hari adalah madura dan bahasa jawanya terasa aneh dan berbeda dengan yang ada di Wonorejo atau daerah jawa lainnya.

Dengan bertambahnya teman yang sama-sama dari luar kota, lama-lama saya bisa beradaptasi di kota Bayuangga ini
Sebutan itu adalah singkatan dari Bayu Anggur dan Mangga, Memang Probolinggo terkenal dengan tiga item itu, Angin, buah anggur dan buah mangga.

Bulan- bulan  pertama di kota angin gending ini rutin-rutin saja, pagi sekolah, pulang siang, istirahat sholat, tidur, malam belajar sambil ikut-ikut diskusi sama mahasiswa Universitas Brawijaya yg kost disana, hanya  sebagai pendengar.
Di Probolinggo ternyata ada gedung kampus universitas Brawijaya, Fakultas Perikanan yang merupakan cabang dari Malang untuk mahasiswa tingkat akhir, guna melakukan penelitian dan tugas2 akhir.


KYOKUSHINKAI
Supriyanto, adalah seorang  teman yang SMPnya di Surabaya, ngajak saya ikut olah raga karate KYOKUSHINKAI, latihannya  di aula batalyon 527 Barawijaya, waktuya sore hari. Disana ketemu Misbahul Arifin dan Husein Latief. 
Latihannya cukup berat, berlatih fisik mulai dari belajar bagaimana memukul, menendang, menangkis pukulan, menangkis tendangan dan macam-macam. 
Pelatih atau disebut simpey berasal dari desa Tempeh Lumajang, badannya kekar sehat dan berwibawa.

Ujian karate  tiga bulan kemudian, dilakukan dengan gerakan pukulan dan tendangan, diadakan di pantai Bentar. Berjalan sambil memukul dan menendang, mulai dari tepi pantai terus jalan ketengah laut sampai badan tenggelam seleher. Acara dilanjutkan dengan diadu satu lawan satu. Seminggu kemudian dinyatakan lulus dapat sabuk kuning.


Praja Muda Karana
Atas kemauan sendiri, saya ikut pramuka Saka Bhayangkara, kalau di Wonorejo saya mengikuti saka Taruna Bumi.. Penampilan seorang Penegak Bantara, sangat mengusik rasa penasaran saya. Seragam pramuka mereka cukup wah menurut saya. yaitu  adanya pangkat warna hijau dipundak dengan bintang 1 emas , wah keren.

Tadinya saya masih Penegak biasa, karena lihat pangkat hijau  dan berbintang itu, saya jadi pengin dan tertarik ikut ujiannya.

Ujiannya bukan sekali selesai tapi bertahap sampai berminggu-minggu dan hasil tes nya itu dinyatakan dalam bentuk SKU (Syarat Kecakapan Umum)

Asal tahu saja, berikut adalah item dari SKU itu :

Telah mempelajari dan menyetujui Anggaran Dasar Gerakan Pramuka.

Mengerti dan bersungguh-sungguh mengamalkan Dasa Darma dan Tri Satya dalam kehidupannya sehari-hari.

Dapat memberi salam Pramuka dan tahu maksud dan penggunannya.

Tahu tanda-tanda pengenal dalam Gerakan Pramuka.

Tahu struktur organisasi dan Gerakan Pramuka dan Dewan Kerja Penegak dan Pandega.

Tahu arti Lambang Gerakan Pramuka.

Tahu arti Pancasila.

Tahu sejarah dan arti kiasan warna-warnabendera kebangsaan Indonesia, serta dapat mengibarkan dan menurunkannya dalam upacara.

Dapat dengan hafal menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya bait pertama di muka orang banyak, dan tahu sikap yang harus dilakukan jika lagu kebangsaan diperdengarkan atau dinyanyikan pada suatu upacara.

Tahu arti Lambang Negara Republik Indonesia.

Tahu arti dan sejarah Sumpah Pemuda

Tahu perjuangan bangsa Indonesia dan rencana pembangunan Pemerintah.

Tahu susunan Pemerintah Republik Indonesia dari Pusat sampai ke Desa.

Dapat berbaris.

Selalu berpakaian rapi, memelihara kesehatan badan, dan memelihara kebersihan lingkungannya.

Tahu pentingnya bahan-bahan makanan yang bernilai gizi, dan dapat memasak makanan di perkemahan untuk sedikitnya 5 orang.

Tahu tentang penyakit-penyakit rakyat yang terpenting, dan tentang cara-cara pencegahannya.

Melakukan salah satu cabang olahraga atletik atau salah satu cabang olahraga renang.

Tahu adat sopan santun pergaulan Indonesia.

Dapat membaca jam dan menggunakan Kompas


Minggu demi minggu saya tekuni, saya kumpulkan tanda tangan, sebagai tanda kelulusan atas item yang sudah diujikan,  dalam buku Khusus,  Begitu lengkap, maka tanda pangkat yang saya idam2kan itu disematkan oleh Pembina kami dalam suatu Apel bendera di Halaman Polres Kota Probolinggo. 
Sejak saat itu saya berhak menyandang predikat Penegak Bantara dengan pangkat berwarna hijau dengan satu bintang keemasan dipundak.

OSIS Organisasi Siswa Intra Sekolah, diserah terimakan dari Gepeng (Hartono) kepada Boedhy Arisunu dan saya ditunjuk menjadi Ketua Seksi Kepramukaan & Sosial .

Sebagian teman2 anggota Saka Bhayangkara berasal dari SMA, ada adik kelas, Sentot, Wijanarko, Hendro dll, saya ajak untuk mengaktifkan pramuka di SMA.

Mulailah saya dan teman2 itu membuat Gugus depan sendiri di SMA. Kegiatan pramuka yang sebelumnya kurang bahkan tidak ada, kini saya hidupkan. Saya bikin acara yang bisa menarik minat mereka. Dan acara yang paling diminati adalah Persami, Perkemahan Sabtu Malam Minggu. Acara ini mendapat apresiasi dari guru-guru dan Kepala Sekolah.

Kami juga pernah mengirimkan satu regu ke acara Perkemahan Nasional Kwartir Pramuka Jawa Timur di Selokambang Lumajang.

Acaranya cukup menarik yaitu mempraktekkan semaphore dan morse dengan menggunakan cermin pada siang hari dan lampu senter pada malam hari dari jarak yang jauh, saking jauhnya sampai  suara teriakanpun tdk terdengar.
Kami mengirim dan menerima pesan lewat sandi2 itu. Sandi itu kemudian kami rangkai menjadi kalimat, wah luar biasa.  
Di Perkemahan ini kami mendapat brevet Boyscouts- lambang pandu dunia dan Piagam TIGOR - Tanda Ikut Gotong Royong


Tour de Bali
Bersepeda adalah hobby saya yang tidak boleh ketinggalan. Dari kecil saya senang bersepeda apalagi sekarang ke sekolah yang cukup jauh, harus naik sepeda.

Saya iri dengan cerita bapak, katanya beliau dengan berseragam pandu waktu remajanya, bersepeda dari Pasuruan ke Jogya, wah hebat pikir saya.


Atas rasa penasaran itu, sewaktu hari libur semesteran saya mengajak teman  teman naik sepeda onthel dari Probolinggo ke Denpasar.

Ini Ide Gila, tapi mereka menerima tantangan ini. Tour de Bali kami menyebutnya.

Mereka, teman-teman saya yang gila sepeda itu adalah Kisworo, Didik, Gentong, Harnoko, Suyadi, Endro dan Saya sendiri

Berangkat lewat jalur selatan (Probolinggo-Lumajang-Jember-Banyuwangi), pemberhentian pertama di desa Tempeh Lumajang, kemudian berhenti sebentar di Tanggul di rumah Muji, dilanjutkan ke kota Jember kerumah Siti Watoniah, istirahat dan tidur malam.
Siti dan Muji adalah teman sekelas kami, kebetulan rumah  mereka disana.

Subuh dinihari tour de Bali dilajutkan, Etape ini berhenti di Banyuwangi kerabatnya Gentong. 
Disini Gentong mengalami sakit perut yang serius rupanya, terlihat dari cara meringisnya. Kami sempat pesimis, apakah tour de Bali ini bisa dilanjutkan. Untunglah sakit perutnya gentong bisa teratasi dan paginya kami menyeberang ke pulau Dewata. 
Menikmati semilir angin diatas fery penyeberangan sedikit dapat menghalau rasa capek.

Selesai melakukan cek sekedarnya, perjalanan dilanjutkan menyusuri daratan pulau dewata. 
Untuk menghemat waktu kami putuskan istirahat hanya malam hari, sampai dimana saja. Ternyata malam pertama itu kami berhasil memasuki daerah Negara. Karena gak punya saudara atau teman, kami putuskan tidur di sebuah tempat penggilingan padi di pinggir jalan, badan kena sekam dan  bekatul jadi gatal2 semua.

Ada sungai kecil dekat situ, kami madi ramai-ramai. Makan pagi di warung kecil dengan lauk ala kadarnya. Selesai mengisi jerigen  dengan air putih, perjalanan dilanjutkan menuju Denpasar.

Sebelum sampai di Denpasar, kira2 di daerah Tabanan, Tiba2 Yadi meluncur mendahului, selang tidak berapa lama, dia terjatuh di jalan turunan. ada luka kecil dan lecet di dengkulnya, akhirnya kami sepakat Yadi harus naik truk, diangkut ke Denpasar sendirian, nggak tahu kemana waktu itu, tapi diberi catatan, kalau sampai Denpasar supaya cari alamat yang disebutkan dalam catatan itu.

Dengan segala puji dan syukur, akhirnya kami sampai juga di Denpasar. 
Kami menuju rumah saudaranya Kisworo di daerah dekat pantai Sanur. Rupanya Yadi sudah nunggu disana. Setelah puas putar putar kota Denpasar dan sekitarnya , antara lain ke Sanur, Kuta dll,  keesokan harinya kami pulang ke Probolinggo.

Pulangnya lewat jalur utara (Banyuwangi-Situbondo-Kraksaan-Probolinggo). Sampai di Paiton Situbondo, kami berhenti makan di rumah makan miliknya Bulek Sulimah. Bulek Sulimah adalah saudara ibu, buka “Warung Kroncong” namanya, sudah sekitar lima tahunan didaerah ini, lumayan kenyang dan makan gratis.
Terima kasih bulek Sulimah..

Dilanjutkan ke kota Probolinggo dan sampai dirumah menjelang tengah malam. Berita yang sangat mengejutkan saya terima bahwa bulek telah wafat tadi pagi  dan dimakamkan di Surabaya tadi sore. 
Innalillahi wainna illaihi rojiun,.... 
Pagi harinya saya naik bis menuju Surabaya, diantar oleh family bulek yang ada di Surabaya,  saya langsung ke makam bulek, . Saya meneteskan air mata, memanjatkan doa untuk bulek yang telah merawat saya selama di Probolinggo dan sempat juga merawat MdM waktu sakit dan mau kekota Batu waktu itu,.selamat jalan bulek, mudah2 an Allah menerima Amal Ibadah  Bulek dan Arwah Bulek diterima disisiNya amin


Bromo Club
Ditahun kedua, dirumah sepi tanpa bulek, saya punya banyak waktu luang.

Suatu malam saya bertandang ke rumah P. Suparno, guru sejarah, maksudnya mau ngobrol2 aja. Sebelah rumah P. Suparno adalah rumah P. Suwito bapaknya Ucik, adik kelas. Cukup banyak anak2 muda kumpul2 dirumah itu. 
Waktu saya nanya ke Ucik keesokan harinya, dia bilang bahwa dirumahnya memang tempat kumpulnya  anggota Bromo Conversation Club – BCC. Ucik memberi saran agar saya bisa ikut BCC.

Saya diperkenalkan oleh Ucik ke Bapaknya, akhirnya saya diterima di BCC.

Ketika saya amati, wajah Ucik ini, rasanya kok mirip si MdM itu ya? (hey....)

Antara berani dan ragu-ragu saya ingin mendekati dia. Tapi ragu-ragunya itu yang lebih besar. Apalagi bu Wito sudah member isyarat “boleh” tapi jangan dengan Uci, boleh dengan adiknya. Wah batal deh, apalagi wajah MdM seolah masih menyandera perasaan saya.

Setiap Rabu malam di rumah P. Suwito, acaranya rutin ngobrol tapi gak boleh bahasa lain kecuali Inggris. Setiap tiga bulan sekali, bersama-sama dengan rombongan dari Dinas Pariwisata Probolinggo, kami diajak ke Gunung Bromo, berlatih menjadi guide gratis, memandu turis2 yang datang kesana. Mereka suka naik puncak bromo tengah malam yang dinginnya ampun2, sampai badan ini menggigil dan gigi gemerutug, baju yang kami kenakan sudah 4 lapis tapi dinginnya masih menusuk tulang rasanya.

Turis itu jauh2 datang dari negaranya lewat bali. hanya ingin melihat sunrise di pagi hari.

Begitu matahari muncul dengan rona kuning kemerahan, meraka berteriak dan membuka minuman yang sudah mereka siapkan Wine, mereka bersulang. Kami diberi wine sedikit di cangkir - bekas kopi tadi malam. Wah hangat rasanya di tenggorokan.
Acara ke gunung bromo, adalah  kegiatan rutin, sayang kalu terlewatkan. Gunung Bromo adalah kebanggaan kami, karena kalderanya nomor dua terbaik didunia setelah kaldera yang ada di Yunani. Panorama dengan hamparan laut pasirnya sungguh menawan hati siapa saja yang melihatnya. Sungguh karunia Tuhan yang sangat mempesona.
Di saat ada acara  Kasodo, laut pasir ini dipenuhi oleh manusia, bukan saja datang dari wilayah Probolinggo, tapi meraka datang dari segala penjuru tanah air bahkan manca negara. Ditengah dinginnya udara bromo disertai bau belerang yang menyengat hidung, dengan semangat,  mereka menaiki tangga menuju kawah, melihat acara pelemparan ternak dan buah2 bahkan uang  ketengah kawah. Sementara dibawah terlihat beberapa orang-penduduk setempat, berlarian mengejar barang yang dilempar itu tanpa takut terjatuh ketengah kawah, ngeri dan kagum.
Turun dari kawah, pemandangan lain menunggu, masih dilautan pasir, sebuah acara penobatan pemimpin adat baru mereka sebut Dukun, sedang dilaksanakan. Satu persatu mereka dilantik, setelah mereka dinyatakan lulus dari seleksi ala mereka sendiri.
Sepanjang jalan pulang  mulai dari Cemoro lawang sampai  Ngadisari dipadati manusia untuk kembali ke  rutinitas dan habitat masing-masing

Bal-balan di Blitar
Minuman yang baru saya kenal di Probolingggo ini  adalah Es batu ditambah Sirup, susu dan dituangi soda, mereka namakan Es Soda Gembira. Wah enak sekali rasanya.

Saya minum setelah berlatih sepak bola. Olah raga ini seakan harus saya ikuti karena Sekolah kami akan mengadakan kunjungan balasan ke kota Blitar. Agar bisa ikut rombongan saya harus memilih menari atau ikut sepak bola. Saya pilih yang terakhir karena saya nggak bakat menari dan malu untuk melakukannya bahkan sampai sekarang

Permainan bola ini sudah tidak asing bagi saya, dengan latihan sedikit keras dan menjaga stamina, jadilah saya pemain sepak bola dan ikut bertanding melawan SMA Negeri 1 Blitar sebagai penyerang tengah. 
Saya bangga dengan foto berkostum sepak bola itu dan  saya pajang di ruang belajar he he he..

Paskibra
Saya ditunjuk untuk mengikuti pemilihan  calon anggota paskibra. Dari Sekolah, ditunjuk 3 orang,  selain saya ada Irvantono dan Farida.
Pemilihan dilakukan untuk mendapat peserta terbaik yang akan dikirim ke Surabaya, sebagai wakil dari Kota Probolinggo. Selanjutnya di Surabaya nanti akan diseleksi lagi untuk mendapatkan dua orang terbaik dan akan dikirm ke Jakarta mewakili Jawa Timur. Saya dan dua kawan sekolah tadi kalah tinggi dibanding peserta lain, kami harus mengakui keunggulan mereka. Saya gagal dan kecewa tidak bisa mewakili ke Surabaya. Tapi kami masih bisa bernafas lega karena terpilih sebagai Anggota Paskibra di Kota Probolinggo.

Menjelang bulan Agustus 1975, adalah hari-hari yang berat untuk seorang angota Paskibra, mendekati hari H, latihan dan latihan  terus dilakukan dengan keras dan disiplin. Kami menngunakan topi yang sampingnya ada penutup telinga, untuk menahan panas, mirip topi romusha jaman Jepang itu

Kelas Dua PASPAL I
Di kelas ini saya lalui dengan penuh persaingan yang cukup ketat. Disana ada Agus Supriono, Rudy Eka, Mukhtanto, Yayuk dan Husein Latif kami saling berkejaran dalam mendapatkan prestasi belajar terbaik.
Alhamdulillah di kelas ini saya mendapat posisi yang sangat bergengsi itu. 

Pada  upacara bendera 17 an, yang dilakukan di halaman belakang tengah sekolah, seusai acara inti berupa pengibaran bendera dan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Disana diumumkan siapa-siapa yang terbaik tahun ini dari masing-masing kelas 

Nama saya disebut, rasanya saya seperti mendengar lagu yang paling merdu didunia ini. Ada rasa bangga sewaktu maju kedepan untuk menerima piagam yang diserahkan langsung oleh Kepala Sekolah Bapak Santoso Prawirodihardjo.. 

Sertifikat-Piagam itu saya bingkai dan tempelkan di dinding agar saya termotivasi meraih penghargaan di kelas berikutnya.

Nasihat dan petuah dari guru yang masih saya ingat adalah nasihatnya P. Astomo : "Belajar itu ibaratnya orang menggendong kambing, bayangkan kalau tiba-tiba kalian menggendong seekor kambing yang besar, mampu nggak kalian ?"

"Tapi cobalah bayangkan, kambing itu waktu baru lahir, kalian gendong, berat nggak?"

"Nah kemudian anak kambing itu kalian gendong setiap hari tanpa putus, ketika anak kambing itu besar, kalian tidak akan kesulitan menggendongnya, sedangkan orang lain tidak akan mampu mengangkatnya. Proses menggendong setiap hari itulah sebenarnya proses belajar itu" kata-kata itu saya ingat sampai sekarang

Memang benar, sebagian teman2 termasuk saya sebelumnya, kalau besok ada ujian, baru semalam suntuk belajar. Yang harus dihafal terasa banyak, yang satu ingat yang lainnya lupa lagi. Terima kasih P. Astomo


Lain lagi cara belajar yang disampaikan oleh Bu Yit - Guru Kimia. Beliau memberi cara. untuk menghafal rumus2 kimia terutama lambang atom, valensi dan konfigurasi elektron dll. 
"Cobalah kalian bikin catatan dari kertas agak tebal-supaya jangan terlipat, ukurannya sebesar kartu remi. Tuliskan disana apa saja yang harus dihapal. Nah catatan ini bisa dikantongi dan bacalah ketika ada waktu senggang, apakah sambil nunggu antrean, nunggu angkutan umum, bahkan dimanapun termasuk jika sedang dalam wc"


Gerak Jalan Tradisionil
Kalau di Jakarta ada acara  Gerak Jalan Bogor-Jakarta, di Surabaya ada GJ Surabaya-Mojokerto, tidak ketinggalan di Probolinggo ada juga gerak jalan Paiton- Probolinggo, menempuh jarak 40 Km.
Sebelum terjun mengikuti lomba, kami mengadakan latihan setiap hari Sabtu, kumpul di halaman sekolah sore sekitar jam 5. Ada dua regu yang mewakili sekolah kami.
Latihan dilakukan beberapa kali dengan cara seolah-olah gerak jalan sebenarnya dengan tujuan ke Kraksaan, kerumah Didik Sundoyo- anaknya Camat Kraksaan. Lumayan dapat suguhan yang mengasyikkan ditambah pulangnya mampir dulu ke rumah Drajad atau Irvantono di Komplek Perumahan Pabrik Gula Gending, pokoknya asyik, latihannya cuma  jalan dan jalan tapi makannya itu nggak ketulungan.
Nah ketika Lomba yang sebenarnya, kami diangkut dengan truk dari Probolinggo dibawa ke Lapangan Paiton. Pas jam dua belas malam, satu persatu peserta dilepas oleh Bupati Probolinggo, waktu itu Bapak Soenjoto.
Awalnya kami berjalan dengan tegap dan bergembira dengan nyanyi lagu mars, ditimpali oleh penonton yang berjejal sepanjang jalan- menjadi penambah semangat.
Warga yang menyaksikan gerak jalan ini rela menyalakan lampu petromaksnya dan diletakkan dipinggir jalan, sepanjang paiton Probolinggo, ini menambah suasana menjadi lebih meriah dan terang sepanjang jalan.
Melewati kota Kraksaan, jam menunjukkan pukul 2 malam, perjalanan masih 25 Km lagi, badan sudah mulai pegal2. sementara penonton sudah pada tidur pulas  pinggir jalan - ikut gerak jalan dalam mimpi.
Lampu2 petromax yang tadinya terang benderang, giliran yang punya tertidur, lampunya ikut2an kedip2 hidup segan mati tak mau, maklum kurang angin minta dipompa.
Sepi nggak ada yang nonton dan nggak ada yang memberi semangat lagi, badan  pegel semua, serasa badan ini berjalan sambil tidur.
Peserta tidak boleh berhenti, minum disediakan oleh panitia di pos2 tertentu dan diminum sambil berjalan. Bagi yang pengin pipis harus minggir sendiri, buang dipinggir jalan yang sepi, selesai harus-lari mengejar regunya.
Mungkin karena terus berkeringat, yang pengin buang air kecil ini hampir nggak ada.
Sementara itu Panitya - Tim Penilai, berada disuatu tempat  yang tersembunyi, menilai kekompakan dan kedisiplinan peserta.
Pagi menjelang subuh, regu kami, dua2nya lengkap memasuki kota Probolinggo. Suasana rupanya mulai bergairah lagi karena masyarakat menyambut peserta dengan gegap gempita, termasuk siswi2 teman kami ikut menyambut. Yang tadinya badan ini sudah loyo, seperti disiram air, jadi bersemangat lagi.
Finish di alun-alun Probolinggo ketika matahari baru muncul ke muka bumi.
Dua kali saya mengikuti acara rutin seperti itu yaitu tahun 1975 dan tahun 1976. Pegal, capek, loyo  tapi senang meskipun hanya dapat Piagam tanpa menjadi juara.


Anugerah
Memasuki tahun ketiga, persaingan terasa semakin mencekam, masing-masing bintang kelas meningkatkan semangat belajarnya. Agus saya lihat, tangannya nggak pernah lepas dari buku, Mukhtanto mengerjakan habis seluruh soal2 latihan dari buku kimia karangan Pater Peperzaak yang terkenal itu..
Saya terpengaruh juga, sambil menghayati nasihat dari P. Astomo dan resep belajar dari Bu Yit itu, saya siap menjajal ilmu di medan peperangan ini, he he he.

Meskipun saya berniat mengurangi kegiatan di luar jam sekolah, namun sekolah saya masih memerintahkan saya untuk mengikuti  acara diluar sekolah

Saya harus mengikuti kegiatan berupa test, semacam tes umum. Dari SMAN hanya saya yang diundang, sementara peserta yang lain adalah utusan dari  sekolah menengah tingkat atas seluruh kota Probolinggo. Ada SMEA, SPMA, STM, SPG, SMAK Materdei, SGO, PGA dan lain-lain. Acara test ini ditempatkan disalah satu ruang di Balaikota Probolinggo.

Pertanyaannya meliputi pengetahuan dasar, pengetahuan umum yang berkaitan dengan masalah-masalah yang aktual saat itu dan bahasa Inggris. Selain itu panitia juga menanyakan apa saja kegiatan saya diluar jam pelajaran sekolah.

Saya sampaikan apa adanya mulai dari kegiatan Karate, Pramuka, BCC, Gerak Jalan Tradisionil, bersepeda Sepak Bola, yang terakhir Paskibra itu.

Saya tidak pernah sekalipun menceritakan test ini kepada teman. Masalahnya saya khawatir kalau tidak berhasil malah jadi bahan omongan yang nggak enak dan saya juga nggak berharap apapun mengingat yang datang itu  pinter2, ngomongnya jago2, kelihatannya mereka memang wakil terbaik dari sekolah masing2.


Suatu sore, beberapa minggu setelah acara itu saya diberi tahu oleh ketua OSIS Boedhy Arisunu, bahwa saya terpilih sebagai pelajar teladan tingkat kota Probolinggo, dia mengetahui dari pembicaraan beberapa guru disekolah. Alhamdulillah

Saya kaget bercampur bahagia karena nggak sangka, semua peserta tes2 itu pinter, ternyata berkat rahmat dari Allah saya bisa memenangkannya

Penyerahan hadiah berupa Tabanas dan Piagam penghargaan diserahkan langsung  oleh Walikota Probolinggo Bp. Drs. Harto Haryono, pada tanggal 9 Agustus 1976.

Dalam keadaan bahagia itu terlintas wajah Bapak, ibu dan saudara2 di kampung. Saya bersyukur bahwa meskipun anaknya seorang carik desa yang jauh dari kota, Alhamdulillah saya bisa meraih Predikat  Pelajar Teladan se kota Probolinggo - sesuatu yang tidak mudah diperoleh.

Rupanya acara penyerahan penghargaan tersebut diliput oleh wartawan2, berselang hari kemudian muncullah wajah saya diberbagai media baik di Probolinggo maupun Surabaya. Gambar itu saya gunting, saya tempatkan di album khusus dan beritanya saya kliping.

Saya ingin tunjukkan itu ke MdM, tapi bagaimana caranya ?, surat2 yg saya kirim sudah tidak pernah dibalas, saya kehilangan jejak bahkan sampai detik ini.


Jujur saya berharap, ada suasana seperti saat saya sanggup menyelesaikan soal didepan kelas, waktu di SMP dulu. Ketika selesai dan berhasil, ada yang senyum dan menunjukkan jempolnya dan saya tergila-gila karena itu.  Disini tidak ada, saya merasa sepi, meskipun memang menjadi pembicaraan teman2 maupun adik2 kelas, tapi tidak ada suasana yang menggugah hati seperti dulu itu.
Orang pertama setelah orang tua, yang ingin saya kabari adalah MdM, tapi sulit, jauh sekali... alangkah bahagianya seandainya dia ada disini...ahhh..

Ada  perasaan yang mengganjal di hati ini, tatkala saya berpikir tentang seorang teman wanita. Pertama saya masih berharap bahwa suatu saat nanti, saya  akan ketemu lagi dengan sang mutiara itu, dengan begitu saya bisa menahan dan terus bersabar. 
Di perasaan lain saya minder, saya hanya anaknya seorang carik desa, kalau toh bisa saya dekati, saya khawatir tidak mampu membahagiakan secara materi



Beruntungnya, teman dekat gerombolan saya, Agus, Rudy dan Yoyok  semuanya sedang puasa pacaran atau belum ketemu pacar ?, nggak jelas,  jadilah kami membuat club namanya jojoba, jomblo jomblo bahagia … he he he

Mendekati ujian akhir SMA, kami semakin rajin kumpul2, belajar apa nggak, yang penting pul kumpul.

Saat belajar menjelang ujian itu, ada satu teman Suyadi – yang dulu ikut ke Denpasar naik sepeda itu, menghilang, tidak masuk sekolah sudah 3 hari. Kami datangi ke rumahnya, seisi rumah geleng2 kepala, entah kemana dia pergi. Kasihan, ujian sudah dekat tapi kami nggak tahu dimana rimbanya.

Tiba2 disuatu malam ketika kami lagi asyik belajar dirumah Bu Yit, dia datang bawa ransel panjang, mirip guling.

“Dari mana saja kamu heh?, pergi gak bilang2 “ kata Rudy nggak sabar

“Iya aku lagi usaha cari bantuan keuangan agar bisa ikut ujian, tapi alhamdulillah sudah dapet” kata dia sambil cari tempat duduk. Akhirnya kami ajak dia belajar bersama.


Undangan ke Baranangsiang
Ujian Akhir Nasional belum lama berakhir, ada kejutan lagi, beritanya menggembirakan juga Dalam suatu upacara bendera diumumkan bahwa ada tujuh  orang siswa SMA Negeri Probolingo diterima tanpa test masuk  di Institut Pertanian Bogor.

Pertama nama saya disebut, kemudian Rudy, Mukhtanto, Agus, Bedy, Yayuk dan Yuni.

IPB ?, Institut Pertanian Bogor? Alhamdulillah, lagi2 kami sebut namamu Ya Allah.

Terima kasih Ya Allah, engkau telah memberi kami Anugerah yang berlimpah di kota Probolinggo ini.

Kaget kami mendengarnya, kami diterima kuliah di sebuah perguruan tinggi di Kota Bogor yang terkenal itu ?

Masing-masing yang disebut tadi maju kedepan untuk menerima asli surat undangan dari IPB itu.

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

RINGKASAN TULISAN

Kisah dalam Blog ini saya mulai dari saat kecil saya. Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah hujan abu, ketika gunung agung di Bali meletus, ini membuat desa saya selama 3 hari 3 malam serasa malam, karena gelap terus sepanjang hari. Peristiwa G-30-S PKI adalah peristiwa berikutnya yg pernah saya alami dan terasa miris dan memilukan.

Sekolah SMP saya letaknya disebelah barat lapangan besaran. Luasnya hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Disana bangunan SMP saya itu berada.

Siswi baru itu ternyata pindahan dari sekolah lain. Sopan dalam bicara, santun dalam bersikap. Putih bersih kulitnya. Teman saya memberi julukan si Mutiara dari Masamba. Di bagian ini saya curahkan betapa cinta itu memberi energi yang luar biasa.

Dibagian cerita ini, saya merasakan begitu bahagia. Masa SMA adalah masa terindah. Agaknya saya berbeda dengan yang lain, karena di saat ini biasanya cinta itu tumbuh. Namun saya merasakan keberhasilan yang lain selain cinta. Bagi saya, cinta itu masih melekat dari masa sebelum ini.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan saya rasakan disini. Sampai saya punya pendangan bahwa kebanggaan saya bukan karena tidak pernah gagal, tapi kebanggaan saya adalah bagaimana bisa bangkit setiap kali jatuh.

Adalah tulisan Prof. Andi Hakim Nasution, intinya menceriterakan bahwa di IPB ternyata tidak sedikit anak yang gak mampu dalam segi biaya seperti saya. Tulisan ini dikutip dari Majalah TEMPO 24 Januari 1976.

Adalah kumpulan kata mutiara cinta, ada sekitar 105 pasal. Anda dapat menambahkan kata mutiara cinta milik anda disini, kalau pengin lihat hasilnya Klik disini.

Blogger Template by Blogcrowds