Kuliah di IPB sambil kerja?

Liburan di akhir smester satu, hampir satu bulan lamanya, nah kesempatan ini saya  manfaatkan cari kerja agar punya uang. Mulailah saya cari info ke Biro Mahasiswa, saya katakan bahwa saya ingin kerja apa saja selama libur smester ini, kemudian saya diarahkan ke Dep Lembaga Pengabdian Masyarakat, setelah memenuhi persyaratan yang diperlukan termasuk test kemampuan, saya diterima sebagai pekerja sosial  dan ditempatkan di daerah Karawang.
Honor summer job ini, sementara bisa memperpanjang nafas saya, saya hemat lembar demi lembar, saya lunasi dulu hutang saya ke P. Rohim, sisanya cukup untuk hidup satu bulan setengah kedepan.
Akhir semester dua, saat yang menentukan itu tiba, yaitu pengumuman kenaikan tingkat. Saya tidak bisa pulang, lagi-lagi nggak ada ongkos, sementara temen2 sudah pulang semua baik yang ke probolinggo maupun ke kota lainnya.
Sambil menerima amplop. saya berdoa semoga saya sanggup menerima apapun yang terjadi dan benar, saya dinyatakan tidak naik tingkat karena IP  kumulatif  kurang dari 2,0.
Saya amati semua mata kuliah dapat C, sementara Pancasila (kreditnya satu) dapat B dan bahasa Inggris (kreditnya 3)  dapat D.
Tulang belulang ini rasanya copot dari tubuh saya, lemas nggak ada daya, rasa kecewa, malu dan rasa putus asa merasuki jiwa saya. Kecewa karena di IPB ini nggak ada namanya her-ujian ulangan.
Malu, bagaimana tidak, setahun yang lalu saya adalah pelajar teladan, juara kelas, masak hari ini nggak naik tingkat, memalukan…. Memalukan sekali
Saya merasa hampir putus asa, hanya karena bhs Inggris saja dapat D saya harus mengulang selama setahun, darimana biayanya?, minta tolong siapa lagi ? padahal tahun kemarin aja sudah habis2an rasanya.
Tak terasa air mata ini terurai, rasanya dada ini sesak untuk bernafas.
Saya berusaha tenang, saya kabarkan ke orang tua dan Pak lek, saya tidak naik tingkat dan harus mengulang. Terutama ibuk, hanya bisa menangis dan berdoa semoga saya tabah dan minta maaf ibu nggak bisa bantu.
Saya agak bisa menarik nafas lega, karena ada beberapa orang yang berasal dari satu sekolah harus mengulang.
Saya harus merasa beruntung karena yang harus drop out (langsung keluar) dari IPB jumlahnya tidak sedikit. Rupanya Tuhan masih memberi kesempatan buat saya. Dari kejauhan terdengar sayup2 syair lagu : .....

…..Anugerah dan Bencana / adalah kehendakNya / Kita mesti sabar menjalani / Hanya cambuk kecil / agar kita sadar / Adalah dia diatas segalanya…..

RCD atau Recidivis adalah predikat yang diberikan kepada  mahasiswa yang tidak naik tingkat.
Predikat yang cukup kejam ini menambah penderitaan kami.
Hari-hari berilalu  saya lihat di kampus banyak  kejadian yang tidak biasanya terjadi, sesuatu yang aneh, terlihat beberapa mahasiswa  mungkin sangat frustasi, keadaannya lebih parah dari saya, mereka  benar-benar lupa ingatan, hilang kendali,  benar2 (maaf) “gila”, mungkin karena stress berat, kasihan sekali.
Mudah2 an saya masih diberi kesabaran dan kekuatan iman.
Entah dari mana kalimat ini saya temukan- saya lupa, kalimat itu berbunyi ‘Kebanggaan kita dalam hidup ini, bukan karena tidak pernah jatuh, tapi bagaimana bangkit setiap kali jatuh’
Kalimat itu selalu saya ingat, Bagaimana kita bangkit dari jatuh, supaya hidup normal lagi, itu intinya

Tahun kedua pada tingkat yang sama, tingkat satu, saya mulai dengan perasaan tak menentu. Saya akan terus bertekad bahwa bagaimana bangkit setelah jatuh itu yang menjadi pemicu semangat, itu yang akan menjadi kebanggaan bagi saya kelak
Ada sedikit keringanan buat anak2 RCD. Kegiatan praktikum kimia dasar, fisika dasar dan biologi ditiadakan, jadi saya cukup ada waktu.
Saya coba sambil cari kerja, melamar ke bagian perpustakaan, ditolak, alasannya karyawan yang ada sudah cukup, tidak perlu penambahan tenaga kerja.
Melamar ke POM Bensin di Jl. Pajajaran, ditolak karena jam kerjanya 24 jam dibagi 3 shift dan seluruh shift itu tidak boleh digantikan, artinya bentrok dengan jadwal kuliah.
Acara makan ngutang terus berjalan, ditambah bayar kos harus segera dilunasi. Lama2 saya kasihan sama temen2 yang telah membantu memberi alasan ke ibu kos, bahwa saya sedang nunggu kiriman (yang gak datang2).

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

RINGKASAN TULISAN

Kisah dalam Blog ini saya mulai dari saat kecil saya. Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah hujan abu, ketika gunung agung di Bali meletus, ini membuat desa saya selama 3 hari 3 malam serasa malam, karena gelap terus sepanjang hari. Peristiwa G-30-S PKI adalah peristiwa berikutnya yg pernah saya alami dan terasa miris dan memilukan.

Sekolah SMP saya letaknya disebelah barat lapangan besaran. Luasnya hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Disana bangunan SMP saya itu berada.

Siswi baru itu ternyata pindahan dari sekolah lain. Sopan dalam bicara, santun dalam bersikap. Putih bersih kulitnya. Teman saya memberi julukan si Mutiara dari Masamba. Di bagian ini saya curahkan betapa cinta itu memberi energi yang luar biasa.

Dibagian cerita ini, saya merasakan begitu bahagia. Masa SMA adalah masa terindah. Agaknya saya berbeda dengan yang lain, karena di saat ini biasanya cinta itu tumbuh. Namun saya merasakan keberhasilan yang lain selain cinta. Bagi saya, cinta itu masih melekat dari masa sebelum ini.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan saya rasakan disini. Sampai saya punya pendangan bahwa kebanggaan saya bukan karena tidak pernah gagal, tapi kebanggaan saya adalah bagaimana bisa bangkit setiap kali jatuh.

Adalah tulisan Prof. Andi Hakim Nasution, intinya menceriterakan bahwa di IPB ternyata tidak sedikit anak yang gak mampu dalam segi biaya seperti saya. Tulisan ini dikutip dari Majalah TEMPO 24 Januari 1976.

Adalah kumpulan kata mutiara cinta, ada sekitar 105 pasal. Anda dapat menambahkan kata mutiara cinta milik anda disini, kalau pengin lihat hasilnya Klik disini.

Blogger Template by Blogcrowds