Bangun - jatuh, jatuh lagi

Matahari  pukul Sembilan pagi itu terasa hangat ditengah kesejukan udara pagi diseputaran kebun raya Bogor. Pagi itu saya harus mengikuti seleksi sebagai asisten dosen ilmu Kewiraan, materinya tidak jauh dari kehidupan menwa sehari-hari.
Beberapa hari kemudian diumumkan di papan2 pengumuman setiap Fakultas dan Jurusan, nama saya tercantum disana sebagai asisten dosen bersama dengan nama2 asisten dosen mata kuliah yang lain.
Surat pengangkatan resmi sebagai asisten dosen, saya terima kemudian, tercantum didalamnya hak saya untuk mendapat honor asisten selama satu tahun. Alhamdulillah…
Setiap tahun sekali dalam organisasi menwa ini ada regenerasi pengurus. Penggantian dilakukan mulai dari Komandan batalyon sampai ke Dandenma dan Kepala Seksi. Tahun ini nama saya tercantum sebagai Kepala Seksi IV Batalyon VII Mahawarman, membawahi urusan Logistik dan material latihan.
Surat pengangkatan ini nggak main2. Ditanda tangani oleh Kolonel Inf. Gatot Suryadi, suatu posisi yang cukup bergengsi namun membawa konsekwensi yang berat.
Ketentuan berikutnya adalah personil yang menempati Markas dan buat yang sudah tidak menjabat lagi harus keluar dari Markas, berarti saya mendapat jatah tempat tidur bersama empat orang lainnya, yaitu DanYon - Diederik, DanDenma-Sunaryo, Ka Sie I – IntelPam- Gatot dan saya sendiri-kaSie IV Logistik

Kuliah di IPB, tidak ada pilihan lain kecuali harus belajar dan belajar. Usahakan kegiatan-lain singkirkan dulu, termasuk organisasi2 yang tidak ada hubungan dengan mata kuliah. Itu pesan dari hampir setiap orang tua mahasiswa IPB dan itu serius diikuti benar.

Hampir tidak ada waktu bagi mahasiswa IPB untuk kegiatan lain, pagi kuliah, sore praktikum, malam responsi, hari sabtu ujian, hari minggu ada pertemuan konseling dengan dosen atau konselor. Sepanjang hari-sepanjang tahun kota Bogor dinaungi mendung dan hujan.
Tidak ada mall, tidak ada plaza,  jadilah kami ini mahasiswa yang kutu buku, karena nggak bisa kemana-mana.
Sementara saya tidak bisa meninggalkan organisasi Menwa.
Bagi saya biarlah saya nggak bisa meraih prestasi Sangat Memuaskan (SM) apalagi Cum Laude, yang penting naik tingkat, berapapun nilainya.
Karena bagaimanapun saya harus komit bahwa saya harus bisa terus  kuliah di IPB sampai selesai, sementara yang membiayai hidup dan  kuliah, ya dari kegiatan menwa ini.
Berat memang... tapi itulah hidup......berjuang apapun resikonya...

Kegiatan dan kektifan saya di organisasi rupanya dimonitor oleh fungsionaris MISETA, organisasi Mahasiswa Ilmu Ekonomi Pertanian.
Waktu itu Ketua Umumnya Beny Pasaribu akan melakukan Praktek Lapang ke Daerah, sehingga kepengurusan menjadi fakum.
Oleh karena itulah saya bersama 4 orang lainnya ditunjuk sebagai Anggota Presidium MISETA.
Saya, Anton Martono, Sumardjo, Agus Hudoyo dan Agus Solihin. Kami sepakat menunjuk Anton sebagai ketua dan keempatnya sebagai wakil ketua Presidium.

Kesibukan menjadi semakin bertambah, disamping itu jadwal kuliah juga semakin berat. Itulah yang harus saya hadapi sebagai konsekwensi dari komitmen saya. Ini akan membawa resiko, saya siap menghadapi...

Ditengah kesibukan saya mengikuti kuliah dan praktikum di smester 6, kegiatan lain yang tidak boleh saya tinggalkan adalah penerimaan anggota menwa baru sekaligus program latihannya.
Miseta untuk sementara, saya monitor saja  dulu, toh masih ada 4 anggota presidium yang lain.

Sebagai Kepala Seksi Logistik saya bertanggung jawab terhadap ketersediaan material latihan menwa.
Mulai dari hal yang tidak berat, misalnya mendatangkan pelatih sampai hal-hal yang memerlukan konsentrasi dan tanggung jawab penuh, misalnya peminjaman senjata laras panjang jenis garand dan pistol  ke Dandim Bogor.
Acara latihan setiap minggu berjalan lancar, namun mendekati  ujian dan long mars, sangat menyita tenaga dan perhatian saya.
Pada saat yang sama saya harus mengikuti  ujian beberapa mata kuliah tertentu dan mempersiapkan KKN saya ke Desa Pamijahan Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Rumit…
Kerumitan bertambah, ketika itu sedang acara long mars, pasukan dengan kondisi fisik yang lelah, perlengkapan personil  lengkap termasuk masing2 pegang senjata laras panjang yang cukup berat, melewati sungai yang airnya sedang deras  di daerah Ciawi.
Satu persatu anggota pasukan menyeberang sungai dengan memegang seutas tali penolong, agar tidak terbawa arus.
Adalah Gandi, ketika menyeberang, mungkin sudah sangat lelah, tangannya terlepas memegang tali penyeberangan, tiba-tiba pegangannya lepas, dia hanyut terbawa arus beberapa meter dan celakanya senjata garand yang dia bawa terlepas dan hilang.
Persoalan ini menjadi sangat panjang, hampir satu regu dikerahkan dari Bogor ke TKP, mencari senjata yang hilang tersebut, tidak ketemu.
Saya dan Komandan batalyon harus bertanggung jawab, beberapa hari bolak-balik tanpa mengenal waktu diinterogasi oleh Polisi Militer Bogor, intinya bagaimana senjata organik militer yang sangat berharga itu bisa hilang.
Satu butir peluru saja hilang berita acaranya sudah begitu rumit, apalagi sepucuk senapan organik. Pasrah, padahal pada saat yang sama saya harus mengikuti ujian.
Pikiran saya terpecah belah nggak bisa konsentrasi. Berurusan dengan Polisi biasa sudah  bikin pusing,  apalagi Polisi Militer…merinding kalau saya mengingatnya lagi.
Penyelidikan agak dilonggarkan menunggu radio gram dari Panglima Daerah Militer Siliwangi di Bandung, sementara di Lapangan Baranang siang sudah persiapan Upacara Pelepasan dan Pemberangkatan Mahasiswa KKN.
Hampir terlambat saya tiba disana, untunglah masih bisa mengikuti acara dengan baik.
Selesai acara, rombongan saya berempat menuju Desa Pamijahan Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Tapi sebelumnya, Mahasiswa yang KKN di kabupaten Bogor,  diterima oleh Bupat di balaikota Bogor untuk diberi pengarahan sebelum terjun ke desa-desa.
Tiga bulan kami KKN disana, kami sempat membina PKK, Menggalang Pramuka, membangun Taman Gizi, Melakukan Penyuluhan masalah pertanian dan Peternakan, mendirikan perpustakaan desa, membangun Pos Ronda atas swadaya masyarakat dan sebagainya.
Saat perpisahan adalah saat yang mengharukan, kami berpamitan, semua sedih, ibu-ibu berlinang air mata-menangis, seakan kami tidak boleh meninggalkan desa mereka.
Mereka sudah menganggap kami adalah bagian dari mereka.
Baru reda setelah kami menghibur bahwa kami akan datang lagi kemari suatu saat nanti, toh Bogor nggak jauh dari desa ini.
Pulang ke Bogor kami diantar rombongan pemuda desa sampai tempat kami dengan membawa hasil bumi bermacam, ada kelapa, singkong, papaya dan lain lain.
Pengumuman kenaikan ketingkat  4 saya harus ambil sendiri ke Departemen SOSEK.
Betapa terkejutnya saya, mata kuliah Usahatani tidak lulus, karena saya tidak mengikuti ujian dan celaka lagi
saya harus mengulang setahun lagi ditingkat 3. Astaghfirullah!
Saya datangi dosen Usahatani DR. Samik Ibrahim, saya kemukakan masalah saya, saya ceritakan semua, tidak ada yang terlewatkan.
Sempat juga saya  sampaikan bahwa saya adalah Asisten Dosen, dan beberapa saat sebelum KKN sedang kena musibah masalah senjata ..itu...dengan harapan ada kesan bahwa saya ini bukan orang yang bodoh2 amat dan saya bukan type pemalas, saya mempunyai kesibukan bela negara... maksudnya biar ada pertimbangan sedikit..lah..?
tapi apa kata beliau..
“Kami tidak ada urusan dengan kegiatan anda, kalau mau lulus ujian, harus belajar dan ikut ujian, mohon maaf tidak ada yang perlu diperbincangkan lagi” kata beliau sambil berlalu
Hanya Mata kuliah Usahatani nggak lulus, saya harus mengulang lagi setahun?, apa nggak ada kebijakan yang sedikit manusiawi?
Ah bodoh banget saya…
Keledai saja nggak terperosok kedua kali pada kubangan yang sama…..
Saya tidak naik dua kali..? Ah… saya lebih bodoh daripada keledai itu…

Apakah di PT lain seperti ini ?, apakah tidak ada kebijaksanaan lain?,
Apakah tidak ada kesempatan membela diri, kenapa sampai nggak ikut ujian?
Kenapa sampai nggak lulus ?
kalau tidak lulus ya sudah ngulang, apa cuma begitu saja?.
Saya masih terus ingin protes, masalahnya, kalau saya ngulang setahun lagi pada tingkat 3 ini, saya sudah tidak punya penghasilan lagi.
Honor asisten dosen sudah nggak ada, tinggal di asrama markas sudah harus berakhir, artinya konsumsi dan akomodasi sudah nol, tidak ada yang bisa membantu lagi.
Apa saya harus men DO kan diri sendiri?
Bukankah D itu mempunyai nilai 1, kalau toh seorang mahasiswa misalnya harus mengumpulkan 144 kredit untuk menjadi sarjana, kenapa nggak ditambah saja mata kuliah lainnya buat dia, sehingga total 144 termasuk yang bernilai D itu, tanpa harus mengulang satu tahun pada tingkat yang sama.
Ini penghamburan waktu yang sia-sia dan tidak produktif.
Percuma saja berdebat dan ujung-ujungnya dianggap minta kebijakan, saya ikhlaskan saja, ngulang ya ngulang apa boleh buat?
Mudah2 an para pemangku kepentingan di kampus IPB tercinta ini, bisa mengevaluasi proses belajar, dan hanya kami yang mengalami proses uji coba seperti ini.
Saya yakin proses dan jenjang belajar seperti ini kelak akan berubah, mengingat sudah tidak efisien lagi.

Rupanya langit cerah di Bogor pagi hari itu, waktunya hanya sesaat,  disaat tengah hari menjelang sore, mendungpun datang bergelayut siap mengirim air hujan dan menghanyutkan apa saja yang ada dipermukaan bumi ini.
Pada saat bersamaan saya harus keluar dari markas menwa, masa jabatan asisten sudah habis, peraturannya memang begitu.
Menjadi gembel lagi, ngutang sana-ngutang sini lagi? Ah embuh..
Untungnya mental  ini sudah teruji, paling tidak saya sudah belajar bagaimana tidak cengeng, bagaimana tidak putus asa, walaupun sudah nggak punya apa-apa lagi.
Widya Castrena Dharma Sidha
Setiap anggota menwa dibekali dengan moto itu, yang terjemahannya “dengan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan, kita sempurnakan darma bakti”
Setiap anggota Menwa digembleng agar memiliki jiwa yang tangguh, cerdas dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan dan ujian.
Saya bertekad pantang menyerah…. Apapun yang akan terjadi..
Allah tolonglah hamba……

1 komentar:

Seharusnya saya begini, selama ini. Terimakasih ceritanya.

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

RINGKASAN TULISAN

Kisah dalam Blog ini saya mulai dari saat kecil saya. Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah hujan abu, ketika gunung agung di Bali meletus, ini membuat desa saya selama 3 hari 3 malam serasa malam, karena gelap terus sepanjang hari. Peristiwa G-30-S PKI adalah peristiwa berikutnya yg pernah saya alami dan terasa miris dan memilukan.

Sekolah SMP saya letaknya disebelah barat lapangan besaran. Luasnya hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Disana bangunan SMP saya itu berada.

Siswi baru itu ternyata pindahan dari sekolah lain. Sopan dalam bicara, santun dalam bersikap. Putih bersih kulitnya. Teman saya memberi julukan si Mutiara dari Masamba. Di bagian ini saya curahkan betapa cinta itu memberi energi yang luar biasa.

Dibagian cerita ini, saya merasakan begitu bahagia. Masa SMA adalah masa terindah. Agaknya saya berbeda dengan yang lain, karena di saat ini biasanya cinta itu tumbuh. Namun saya merasakan keberhasilan yang lain selain cinta. Bagi saya, cinta itu masih melekat dari masa sebelum ini.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan saya rasakan disini. Sampai saya punya pendangan bahwa kebanggaan saya bukan karena tidak pernah gagal, tapi kebanggaan saya adalah bagaimana bisa bangkit setiap kali jatuh.

Adalah tulisan Prof. Andi Hakim Nasution, intinya menceriterakan bahwa di IPB ternyata tidak sedikit anak yang gak mampu dalam segi biaya seperti saya. Tulisan ini dikutip dari Majalah TEMPO 24 Januari 1976.

Adalah kumpulan kata mutiara cinta, ada sekitar 105 pasal. Anda dapat menambahkan kata mutiara cinta milik anda disini, kalau pengin lihat hasilnya Klik disini.

Blogger Template by Blogcrowds