Cinta Metrika

Kadang-kadang saya berpikir apakah ini sudah waktunya, atau apakah saya yang SMP ini boleh jatuh cinta?
Hobby saya yang lain adalah membaca buku. Novel yang saya baca habis adalah Pelangi dilangit Singosari, karya SH Mintardja disamping komik-komik Kho Ping Hoo. Pinjam nya di tempat persewaan komik di rumah CakBowi, di depan SD Pakijangan. Ketika saya cari-cari bacaan yang lain, di pojok kanan atas dari rak komik-komik itu saya menemukan buku kecil judulnya cinta-metrika.
Isinya lucu, kemudian saya pinjam juga di samping novel yang lain terus diam-diam saya foto copy.
Buku, Cinta -Metrika  ini semacam kumpulan kata mutiara cinta, entah siapa yang mengarang, isinya disusun sedemikian rupa, seperti halnya pasal-pasal dalam suatu undang-undang. Mungkin pengarangnya pernah belajar ilmu Ekonometrika-Prof. DR. I. B. Tekken dan saat itu sedang menjadi pengamat cinta, sehingga iseng-iseng  kata ekono dalam ekonometrika dia ganti dengan cinta, jadilah Cinta-metrika lucu he he he.
Pilihan materinya tidak berurutan, sekenanya, loncat sana loncat sini, tapi lumayanlah untuk hiburan..
Sebetulnya biasa saja, cuma dibuat agak keren dengan menyajikan uraian Aritmatika cinta, Algoritma, Logika dan disana ada  petuah singkat tentang cinta. Kelihatannya pasal-pasal yang ada tersebut akan terus bertambah dan berkembang, mengingat kasus-kasus baru tentang cinta terus berkembang-seiring dengan perkembangan jumlah dan watak manusia.
Ketika saya membaca pasal 97 disebutkan : Cinta dan perang cenderung tidak mematuhi hukum/peraturan. Heyyy?
Rupanya ini sedikit membuat saya mendapat inspirasi dari pertanyaan saya : Apakah saya yang masih anak kecil ini boleh jatuh cinta ?
Ah bodoh amat, cinta itu indah dan menambah semangat belajar saya, kenapa tidak?
Ya sudahlah saya coba memberanikan diri menafsir pasal 97 itu : Cinta dan perang cenderung tidak mematuhi hukum/peraturan.

Situasi semakin heboh dan membahana, waktu itu ada majalah berbahasa jawa ‘PanyebarSemangat’ terbit di Surabaya, salah satu cerita bersambung, judulnya Jerit Mahgrib, sedangkan nama bintangnya adalah Nur  dan Har (nama panggilan saya yang lain), wah ini jadi bahan pacok-pacok an - istilah di desa saya untuk mendekat-dekatan seseorang.
==Sungguh saya sangat kepingin memiliki cersam itu, kalau penerbit PanyebarSemangat, atau ada kolektor masih menyimpan serial Jerit Mahrib itu, saya mau membelinya==

Hobby dia olah raga terutama Volley dan atletik, saya juga seneng Volley, apakah ikut-ikutan dia?, boleh jadi.

Waktu pertandingan antar sekolah di Purwosari dan di Pasuruan dia jadi bintangnya, selain jago smash, yang pasti, cantiknya itu yang jadi perhatian..

Begitu juga waktu ada lomba lari 100 meter di Pasuruan, SMP kami mengirim 6 orang pelari cepat. Saya dan MdM termasuk dalam tim itu, namun sayang nggak ada yang dapat medali barang satupun, rekor saya hanya mencapai 13 detik, he he he yang penting sudah ikut.

Saat yang paling menyenangkan, waktu  Desa Wonorejo kedatangan dua orang menteri sekaligus, yaitu Bp. Prof.Wijoyo Nitisastro dan Bp.Prof Subroto, untuk meninjau langsung persediaan beras di KUD Wonorejo.
Saat menunggu kedatangan tamu besar itulah saya merasa sangat dekat, dia bercerita tentang keindahan alam di Masamba, adat istiadat  dan bahasa yang berbeda dengan kami yang ada di desa ini, tawa canda dan senda gurau mengiringi keintiman kami, ditengah keramaian masyarakat yang sedang menunggu petinggi-negara itu.

Hari demi hari saya merasa begitu dekat, saya coba memberanikan diri menulis surat yang sangat pribadi, saya tak kuasa menahan gejolak dalam hati ini.
Diterima atau ditolak itu nomor lima belas, yang penting sudah menyampaikan, dari pada penasaran dan berharap tanpa alasan.

Ternyata dia balas,  tapi isinya menurut saya masih mengambang nggak jelas, perlu pendekatan dan pendalaman lebih lanjut.

Semangat belajar saya terpompa dan termotifasi sedemikan besar  biar kelihatan pinter – hasilnya memang luar biasa, saya akan menunjukkan itu.

Melalui survey dibantu gerombolan temen-teman dekat secara diam-diam, akhirnya saya yakini bahwa dia menerima saya, tanpa pemberitahuan lewat surat maupun lisannya.

Hubungan kami semakin dekat. Kelihatannya ia semakin mempercayai saya.
Wajahnya begitu cantik , untuk menggambarkan kecantikan wajahnya tidak cukup dengan kata,
kecantikan wajahnya mewakili berjuta kata yang  indah...
Tidak heran, banyak pemuda yang naksir, ada yang kakak lulusan  sekolah itu, bahkan banyak juga pemuda dari luar sekolah, Surat berdatangan silih berganti dialamatkan kepadanya.
Saya bukan mau mengada-ada, tapi itu fakta (GR dikit), setiap ada surat yang datang dari seseorang, atas seijin dia, kami buka surat-surat itu  berdua.
Untuk membalasnya, kami mengarang berdua, kami pilih dan susun kata serta tata bahasa yang sopan dan sesuai agar tidak melukai hati si pengirim surat itu, amboi.........
dan yang menggelikan surat dari pemuda-pemuda itu, saya yang disuruh simpan

Sabtu sore ketika bubar jam sekolah, lagi jalan pulang ramai-ramai, dik Win - adik kelas, membisiki,
"nanti malam, ada syukuran dirumah " katanya pelan
"maaf, undangan terbatas, jangan lupa ..." tambah dia
“InsyaAllah” kata saya sambil meng-angguk

Habis sholat Isya, seperti yang direncanakan saya datang sendiri melenggang ke rumah Dik Win, dia ini putrinya Pak Lek Manan dan Bulek Munik, tinggalnya di desa Pakijangan, masih kerabat dengan ibu dari mbah putri.
Pak lek Manan adalah  musikus, peniup saxophone yang handal di desa kami, sedangkan Bu lek Munik suaranya merdu, penyanyi  khas keroncong.
 Tidak heran kalau dik Win berhasil memenangkan Lomba Pop Singer di Pasuruan beberapa waktu yang lalu dan dirayakan hari ini.

Tamu-tamu sebagian sudah datang, duduk di teras tengah. Saya datang dijemput di tengah tangga menuju rumahnya, karena masih kerabat saya merasa nggak canggung melakukan cium pipi kiri - cium pipi kanan (cipika-cipiki)

Acara utama berupa sambutan dilanjutkan dengan doa dan makan malam bersama, nggak lupa nyanyi-nyanyi sampai larut malam.
Acara nyanyi belum selesai, karena sudah ngantuk saya pamit pulang, tak lupa mengucapkan selamat menjadi juara pop singer seluruh kabupaten Pasuruan. Plus cipika-cipiki, pulang dan tidur.

Hari Senin, datang ke sekolah seperti hari-hari lain biasa saja, tapi hari ini kok ada yang aneh.
Saya masuk ruang kelas meletak-kan tas, nggak lama kemudian MdM masuk, tapi kok gak ada tegur sapa ..?,
kok gak ada senyum yang membuat saya rindu-pengin cepat kesekolah ini..?
ada apa.? wah rasanya ada yang hilang.

Saya buntuti kemana dia pergi.
Jam masih menunjukkan jam 12.30 berarti masih ada waktu 30 menit.
Tanpa menoleh kebelakang dia terus berjalan menuju tangga sekolah, turun mendekati pohon jati yang daunnya lebat.
Begitu sampai disana, dia berbalik,  sorot matanya yang tajam itu  menatap mata saya tanpa senyum, serasa menusuk ulu hati saya.
"Ada apa mengikuti aku..?" katanya
"Saya ingin tanya ada apa kok kelihatan marah begitu.?" kata saya pelan
"Tidak ada apa-apa, hanya aku merasa risih, ketika saya dengar kamu datang sebuah pesta, dengan segala kegiatannya..." katanya dengan nafas yang ditahan
oooooo itu...
saya jadi maklum
"DikWin itu adik saya, masih kerabat dari ibu" saya mencoba menjelaskan
"Tidak apa-apa kok, aku cuma bilang risih, terserah kamu," dia menyela sambil melambaikan tangan, karena ada Surtiana lewat
"kalo itu masalahnya, saya minta maaf, sungguh saya nggak punya maksud apa-apa"

Teng -teng bel sekolah dibunyikan 10 menit sebelum pelajaran pertama dimulai, berarti perundingan damai ini harus berhenti,
selesai atau belum, perhelatan ini harus berakhir...
"Waduh ,,,sembrono sekali..i. " kata saya  dalam hati, belakangan baru saya temukan dan pelajari pasal 36, cinta metrika :
'Dalam aritmatika cinta, satu tambah satu sama dengan segalanya, dan dua tambah satu sama dengan hampa'

Pulang sekolah kelihatannya gencatan senjata belum reda, kondisi belum kondusif,
Sambil menenteng tas sekolah, agak berlari-lari saya mengejar Surtiana
"Sur, bantu saya tolong..."
"Kenapa..? dia marah ya? wow....?"
Saya menganggukkan kepala..
Surtiana adalah teman dekat nya MdM, satu bangku dan kelihatan mereka akrab sekali, kemana-mana selalu berdua.
"Ok, nanti kita cari  waktu yang baik.." kata dia sambil belok kiri kearah Jl. Utomo Pakijangan
"Trims ya, sampai ketemu besok.."
Besoknya yang ditunggu-tunggu tiba, tapi sampai bel pertama dibunyikan, nggak nongol dia..?
Berarti dia absen, dalam hati bertanya, kenapa dia gak masuk?, Apakah dia sakit? masih marah kah dia?
"Nanti  aku kerumahnya" kata Surtiana, ketika jam istirahat kedua berakhir.
Berhari-hari dia tidak masuk sekolah, kemana dia pergi??
Adalah Bu lek Tatik, istrinya paklik Ahmad (adiknya bapak) bercerita kepada saya,
"kemarin Nur'aini berangkat ke Kota Batu-Malang untuk berobat sekalian istirahat di kota yang sejuk itu" cerita bulek sambil menyerahkan bungkusan titipan untuk diberikan ke ibu.
Bu lek itu tinggal dekat jalan raya dan sebelah rumah ada jalan kecil, sehingga siapa saja warga belakang rumah yang akan bepergian, pasti mampir dirumah itu, untuk nunggu bis atau angkutan lainnya.
Karena kondisinya lemah Bu lek sempat merawatnya sampai ada bis lewat dan menuntun-nya ke dalam bis. Dia pergi ditemani oleh kerabatnya.

Seminggu berlalu, dalam keadaan melamun, tiba-tiba dari arah belakang ada yang menyenggol lengan saya,
"Hey DikMuji, gimana keadaan  MdM sekarang? "tanya saya
"sudah mendingan, sudah pulang dari kota Batu-Malang, ini  ada titipan surat dari dia.." kata dikMuji sambil pergi

Saya buka lipatan kertas kecil itu..
.....besok, datanglah lebih pagi, aku mau bicara............... salam

Ah.......... ada apa lagi nih, apa dia nulis sambil senyum atau sambil marah?????
wah gawat

Kami ketemu lagi ditempat kesukaan dia, di bawah pohon jati yang rindang itu, posisi nya memang strategis, dia hanya kelihatan dari arah barat saja, dari arah lain tidak tampak.

"Alhamdulillah, sudah sembuh kembali, dan mohon maaf saya tidak bisa menengok ke Batu-Malang" kata saya membuka percakapan
"Terima kasih,......tidak apa-apa, yang penting doanya...." dia membalas
Saya lihat air mukanya tidak seperti kemarin.
"Saya punya masalah......" kata dia lagi sambil matanya yang indah itu berkaca-kaca..
"Saya pengin pulang ke Masamba....."
"Kenapa ? sayang...?" hanya kata yang kata pertama, terucap di bibir.
"Apa karena saya kemarin" kata saya,
" maaf deh, saya nggak akan mengulangi lagi, biarpun itu masih saudara... " kata saya melanjutkan
"Bukan, bukan itu"
"Surtiana semalam mampir kerumah, cerita semua masalahmu dan akhirnya saya faham dan memaklumi. Saya memaafkanmu, bahkan saya sekarang yang harus minta maaf atas kemarahanku kemarin."
Alhamdulllah (dalam hati), “lantas kenapa ?”
"Kemarin  sebelum saya ke BatuMalang, tante marah, karena saya lupa mengangkat nasi yang sedang ditanak. Saya sedang belajar diruang tengah, tahu-tahu bau hangus dan ...Oops... nasinya jadi coklat kehitaman. Karena itulah tante marah berat...."
"Saya jadi sedih sekali, saya tidak pernah dimarahi seperti itu oleh ibu kandungku sendiri, ..."
"Bersabarlah……., mungkin bude sedang emosi, sehingga dia lupa, siapa yang dia marahi, saya yakin bude pasti berpikir ulang dan menyesal setelah memarahi kamu, " kata saya menghibur hatinya sambil sok tahu.

Pembicaraan kemudian saya alihkan ke hal-hal yang lain.
Sebelum lonceng pertama berbunyi dia sempat tertawa lagi dan itu yang saya tunggu - senyum lagi.

Kegemaran baru dia bermain 'dakon' (permainan tradisional-menggunakan kayu dilubangi dan diisi dengan batu-batu kecil) yang semakin hari semakin pandai saja.
Kalau ada jam pelajaran kosong dan kita boleh pulang lebih awal, kami manfaatkan waktu dengan bermain 'dakon',   di rumah Sugeng, dekat sekolah, karena dia  punya alatnya.
Kadang hanya berdua, kami memainkannya sambil bersenandung lagu kesukaan kami, yang dilantunkan Ade Manuhutu :
..........Virgo.............Lambang sifat yang tenang
..........Virgo.............Tak pernah rasa bimbang
..........oh...virgo

..........Virgo.............Tak pernah tinggi hati
..........Virgo.............Cintanya tulus suci
..........oh...virgo

..........Berbahagialah engkau ..........Berbahagialah engkau
..........Yang mendapatkan kekasih..........Bintang ini
 ..........Manja dan sayang pastilah..........Manja dan sayang pastilah
..........Akan aku rasakan..........Selama hidupmu

..........Kalau wanita..........Pasti rendah dan lembut
..........Hatinya..........Dan mesra wajahnya
..........Kalaulah pria..........Pasti mudah senyum
..........Bersahabat..........Pada siapa saja

..........Virgo.............Tak pernah rasa dendam
..........Virgo.............Mudah 'tuk memaafkan
..........oh...virgo
 ..........Bintang segala bintang

Kenapa kami suka lagu itu, karena ...., zodiac dia adalah Virgo dan bintang saya juga Virgo, sesuai.. Apalagi Cinta Metrika pasal 92 itu,  berbunyi begini :

Setiap hati menyanyikan lagu, belum sempurna, sampai sebuah hati lain membalasnya.  Mereka berdua berharap selalu menyanyikan sebuah lagu.  Ketika disentuh cinta, semua orang menjadi pujangga

Sore itu diatas jembatan dekat terminal bis Wonokromo Surabaya, banyak penjual kaki lima menjajakan barang dagangannya, kebetulan saya berkunjung ke rumah Pakde-Su (Kakaknya Ibu).
Saya mencari sesuatu, sambil lihat-lihat, apa yang bagus, buat hadiah untuk MdM.
Setelah berkeliling kesana-kemari, akhirnya saya temukan sebuah album bagus, ukuran sedang, langsung saya beli.
Suatu hari album itu saya serahkan ke MdM. Harapan saya, mudah-mudahan, album itu bisa awet dan salah satu isinya itu adalah foto saya, ha ha ha..

Untuk olah raga, kelas kami masuk pagi dan kebagian hari Rabu setiap minggunya. pengajarnya P. Ong, kami memanggilnya begitu, nama lengkapnya adalah P. Sumarsongko dari Pasuruan.
Biasanya dimulai dengan lari mutar lapangan sepak bola di desa Pakijangan, lima kali putaran, kemudian senam dan diakhiri dengan sepak bola atau permainan lainnya, tapi hari itu diisi volley.
Saya di tim kesatu dan dia tim kedua, satu tim terdiri dua orang cewek dan empat orang cowok.
Saya seneng juga berlawanan dengan dia, supaya sekali-kali jadi musuh, tapi musuh yang "dicintai" he  he he....
Permainan berlangsung dan terjadilah saling mengolok-olok
"kecil......" kata saya
"payah ..., nggak ada perlawanan" kata saya lagi memanas-manasi dia
"hey awas lho, ayo kita serang lagi, " kata dia bersungut-sungut
Nah marahnya itu yang saya tunggu..........sungguh membuat  dia kelihatan lebih cantik
"Ayo bubaran, capek " kata temen lainnya
"Huuuu" yang lain protes
Permainan diakhiri, kami boleh pulang dan P. Ong Pulang ke Pasuruan, sementara kami masih duduk-duduk istirahat menghilangkan keringat sambil ngobrol-ngobrol.
Kebiasaan dia adalah membawa gunting kuku.
Tangan saya ditarik, tanpa minta ijin terlebih dulu kepada yang punya
dan ... klik guntingnya mulai bereaksi.
"Achhhhhhhh....." kata saya sambil meringis
"sakit ya?..... habis kamu sih berdiri, sini duduk yang benar" kata dia sambil menggeser tempat duduknya. Nah itu dia yang saya tunggu
habis berantem dalam permainan volley, sekarang mesra via gunting kuku...hemmm
"selesai..  siapa yang lain...." katanya sambil membersihkan bajunya dari percikan kuku
Djoko menyodorkan tangannya
"Heh gak boleh" saya melotot
"Kenapa ..." kata Djoko
"gak boleh.... bukan muhrim" kata saya dongkol, padahal bukan muhrimnya itu, tapi saya merasa cemburu
"Apa kamu muhrim nya... huuuuuu" kata Djoko protes
"ya udah... Ayo kita pulang, udah siang" kata MdM, ngerti kalau saya nggak suka

Jam sepuluh bubaran, karena jam dua belas harus kembali lagi kesekolah
Saya merasa seneng dan bangga ketika dia memperlakukan saya didepan teman-teman seperti itu.
Kadang saya berpikir, jangan-jangan pasal 22 Cinta-metrika itu salah, karena bunyinya begini
'Untuk yang sedang jatuh cinta, satu orang penonton sudah terlalu banyak' he he he
tapi kenapa saya senang dilihat mesra begitu didepan teman-teman.. ?
Boleh jadi pasal yang 37 itu benar: Cinta dan batuk tidak dapat disembunyikan
he he he

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

RINGKASAN TULISAN

Kisah dalam Blog ini saya mulai dari saat kecil saya. Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah hujan abu, ketika gunung agung di Bali meletus, ini membuat desa saya selama 3 hari 3 malam serasa malam, karena gelap terus sepanjang hari. Peristiwa G-30-S PKI adalah peristiwa berikutnya yg pernah saya alami dan terasa miris dan memilukan.

Sekolah SMP saya letaknya disebelah barat lapangan besaran. Luasnya hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Disana bangunan SMP saya itu berada.

Siswi baru itu ternyata pindahan dari sekolah lain. Sopan dalam bicara, santun dalam bersikap. Putih bersih kulitnya. Teman saya memberi julukan si Mutiara dari Masamba. Di bagian ini saya curahkan betapa cinta itu memberi energi yang luar biasa.

Dibagian cerita ini, saya merasakan begitu bahagia. Masa SMA adalah masa terindah. Agaknya saya berbeda dengan yang lain, karena di saat ini biasanya cinta itu tumbuh. Namun saya merasakan keberhasilan yang lain selain cinta. Bagi saya, cinta itu masih melekat dari masa sebelum ini.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan saya rasakan disini. Sampai saya punya pendangan bahwa kebanggaan saya bukan karena tidak pernah gagal, tapi kebanggaan saya adalah bagaimana bisa bangkit setiap kali jatuh.

Adalah tulisan Prof. Andi Hakim Nasution, intinya menceriterakan bahwa di IPB ternyata tidak sedikit anak yang gak mampu dalam segi biaya seperti saya. Tulisan ini dikutip dari Majalah TEMPO 24 Januari 1976.

Adalah kumpulan kata mutiara cinta, ada sekitar 105 pasal. Anda dapat menambahkan kata mutiara cinta milik anda disini, kalau pengin lihat hasilnya Klik disini.

Blogger Template by Blogcrowds