Gerak Jalan Tradisionil

Kalau di Jakarta ada acara  Gerak Jalan Bogor-Jakarta, di Surabaya ada GJ Surabaya-Mojokerto, tidak ketinggalan di Probolinggo ada juga gerak jalan Paiton- Probolinggo, menempuh jarak 40 Km.
Sebelum terjun mengikuti lomba, kami mengadakan latihan setiap hari Sabtu, kumpul di halaman sekolah sore sekitar jam 5. Ada dua regu yang mewakili sekolah kami.
Latihan dilakukan beberapa kali dengan cara seolah-olah gerak jalan sebenarnya dengan tujuan ke Kraksaan, kerumah Didik Sundoyo- anaknya Camat Kraksaan. Lumayan dapat suguhan yang mengasyikkan ditambah pulangnya mampir dulu ke rumah Drajad atau Irvantono di Komplek Perumahan Pabrik Gula Gending, pokoknya asyik, latihannya cuma  jalan dan jalan tapi makannya itu nggak ketulungan.
Nah ketika Lomba yang sebenarnya, kami diangkut dengan truk dari Probolinggo dibawa ke Lapangan Paiton. Pas jam dua belas malam, satu persatu peserta dilepas oleh Bupati Probolinggo, waktu itu Bapak Soenjoto.
Awalnya kami berjalan dengan tegap dan bergembira dengan nyanyi lagu mars, ditimpali oleh penonton yang berjejal sepanjang jalan- menjadi penambah semangat.
Warga yang menyaksikan gerak jalan ini rela menyalakan lampu petromaksnya dan diletakkan dipinggir jalan, sepanjang paiton Probolinggo, ini menambah suasana menjadi lebih meriah dan terang sepanjang jalan.
Melewati kota Kraksaan, jam menunjukkan pukul 2 malam, perjalanan masih 25 Km lagi, badan sudah mulai pegal2. sementara penonton sudah pada tidur pulas  pinggir jalan - ikut gerak jalan dalam mimpi.
Lampu2 petromax yang tadinya terang benderang, giliran yang punya tertidur, lampunya ikut2an kedip2 hidup segan mati tak mau, maklum kurang angin minta dipompa.
Sepi nggak ada yang nonton dan nggak ada yang memberi semangat lagi, badan  pegel semua, serasa badan ini berjalan sambil tidur.
Peserta tidak boleh berhenti, minum disediakan oleh panitia di pos2 tertentu dan diminum sambil berjalan. Bagi yang pengin pipis harus minggir sendiri, buang dipinggir jalan yang sepi, selesai harus-lari mengejar regunya.
Mungkin karena terus berkeringat, yang pengin buang air kecil ini hampir nggak ada.
Sementara itu Panitya - Tim Penilai, berada disuatu tempat  yang tersembunyi, menilai kekompakan dan kedisiplinan peserta.
Pagi menjelang subuh, regu kami, dua2nya lengkap memasuki kota Probolinggo. Suasana rupanya mulai bergairah lagi karena masyarakat menyambut peserta dengan gegap gempita, termasuk siswi2 teman kami ikut menyambut. Yang tadinya badan ini sudah loyo, seperti disiram air, jadi bersemangat lagi.
Finish di alun-alun Probolinggo ketika matahari baru muncul ke muka bumi.
Dua kali saya mengikuti acara rutin seperti itu yaitu tahun 1975 dan tahun 1976. Pegal, capek, loyo  tapi senang meskipun hanya dapat Piagam tanpa menjadi juara.

0 komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

RINGKASAN TULISAN

Kisah dalam Blog ini saya mulai dari saat kecil saya. Peristiwa yang tidak bisa saya lupakan adalah hujan abu, ketika gunung agung di Bali meletus, ini membuat desa saya selama 3 hari 3 malam serasa malam, karena gelap terus sepanjang hari. Peristiwa G-30-S PKI adalah peristiwa berikutnya yg pernah saya alami dan terasa miris dan memilukan.

Sekolah SMP saya letaknya disebelah barat lapangan besaran. Luasnya hampir dua kali lapangan sepak bola. Di sebelah barat lapangan itu ada bangunan tua, bekas rumah atau kantor pejabat pemerintah Hindia belanda. Disana bangunan SMP saya itu berada.

Siswi baru itu ternyata pindahan dari sekolah lain. Sopan dalam bicara, santun dalam bersikap. Putih bersih kulitnya. Teman saya memberi julukan si Mutiara dari Masamba. Di bagian ini saya curahkan betapa cinta itu memberi energi yang luar biasa.

Dibagian cerita ini, saya merasakan begitu bahagia. Masa SMA adalah masa terindah. Agaknya saya berbeda dengan yang lain, karena di saat ini biasanya cinta itu tumbuh. Namun saya merasakan keberhasilan yang lain selain cinta. Bagi saya, cinta itu masih melekat dari masa sebelum ini.

Jatuh dan bangun dalam kehidupan saya rasakan disini. Sampai saya punya pendangan bahwa kebanggaan saya bukan karena tidak pernah gagal, tapi kebanggaan saya adalah bagaimana bisa bangkit setiap kali jatuh.

Adalah tulisan Prof. Andi Hakim Nasution, intinya menceriterakan bahwa di IPB ternyata tidak sedikit anak yang gak mampu dalam segi biaya seperti saya. Tulisan ini dikutip dari Majalah TEMPO 24 Januari 1976.

Adalah kumpulan kata mutiara cinta, ada sekitar 105 pasal. Anda dapat menambahkan kata mutiara cinta milik anda disini, kalau pengin lihat hasilnya Klik disini.

Blogger Template by Blogcrowds